Rumah Betang (So Langke) Identitas filsafat orang Daya'

Rumah Betang (So Langke) Identitas filsafat orang Daya'
Rumah Betang (So Langka) Spiritualitas harmoni orang Daya' . Dari So langke mengalir peradaban, budaya, tradisi, adat istiadat. So Langke simbol dari kompleksitas dan religiositas orang Daya turun temurun. Simbol keharmonisan hidup orang Daya' bersama ciptaan.

Azimat Kehidupan

Keharmonisan adalah tepat, mungkin jika tak usah mengharapkan orang lain berotak cerdas secerdas dirimu, akan tetapi dapat diwajibkan untuk memiliki hati yang peka melihat suatu hal positif dalam hidupnya. benar bahwa hidup adalah untuk menjadi orang baik. Setiap peradaban manusia di dunia ini sebenarnya ingin mencari yang jauh lebih baik karena sadar bahwa kebaikan hati merupan surga dan dan pokok utama kebijaksanaan Ilahi yang hadir di dunia ini. Namun usaha manusia terpatri pada anugerah yang diberikan oleh Sang Kebijaksanaan. Manusia bukan hanya mampu untuk takut dan membenci tetapi juga untuk berharap dan berbuat baik. Hati orang bodoh ada di mulutnya, tetapi mulut orang bijaksana ada di hatinya. Untuk itu menghormati sesama manusia merupakan syarat utama peradaban.

"Aselong balu' mata' aso, bauling balu' dano'

Datang! dan nikmatilah....

Hidup itu dipikirkan dan dijalankan, serta dihayati dalam spiritualitas:
Aselong balu' mata aso', bauling balu' dano
(hendaklah hidupmu tampak jernih laksana cahaya mentari, dan damai laksana telaga)
Mulai kini, saat ini, dan dimanapun kamu berada.

Laman

Selasa, 08 Juni 2010

KESENIAN MELAYU SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA

KESENIAN MELAYU SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA

Oleh: Kosmas Ambo Patan

Pendahuluan

Indonesia memiliki Kebudayaan yang sangat beragam berasal dari kebudayaan daerah atau suku-suku yang mendiaminya. Di balik keragaman itu, Indonesia sendiri mengalami kesulitan untuk mengapresiasi merangkul dan memelihara keragaman itu ke dalam komposisi kebudayaan Nasional. Diklaimnya lagu Rasa sayang-sayange dan kesenian tradisional Reog Ponorogo oleh Malaysia seyogyanya membuat Indonesia berefleksi sejauh mana Indonesia telah mengapresiasi, merangkul dan memelihara keragaman kebudayaan daerah dan suku di Indonesia.
Tulisan ini merupakan sebuah ajakan kepada bangsa Indonesia untuk menelusuri kembali rahim ‘ibu Indonesia’ yaitu Melayu. Bahasa Melayu yang dikenal sebagai Lingua Franca telah menjadi bahasa ibu. Melayu memiliki tradisi tulis sebagaimana juga suku bangsa Jawa, Sunda, Aceh, dan beberapa suku lain di Indonesia. Bukti internal bahwa Melayu memiliki tradisi tertulis yakni dengan ditemukannya hikayat Raja-raja Kerajaan Samudera Pasai yang menyatakan bahwa naskah-naskah Melayu sudah ditulis sejak abad ke-14 . Selain budaya tulis, Melayu juga memiliki budaya lisan, dan peradaban seni yang sangat tinggi dan kaya akan nilai. Peradaban seni itu memiliki latar belakang sejarah yang kompleks.

Unsur-unsur seni Melayu itu di dalamnya banyak dipengaruhi Hindu dan sangat menonjol ialah warna dan khas Arab atau Islam . Tak disangkal bahwa warisan-warisan kesusastraan, keagamaan, dan kebudayaan Melayu yang memiliki latarbelakang kompleks itu mendapat tempat yang sentral dalam sejarah Indonesia terutama Indonesia bagian barat . Peradaban seni Melayu telah berkembang dan dikenal bukan saja di wilayah Indonesia barat tetapi juga hampir di seluruh Nusantara ini mengenal kekhasan Melayu.

Dalam tulisan ini dikedepankan latarbelakang historis kultur seni Melayu yang memengaruhi kultur seni Indonesia. Sejauh mana hal itu memengaruhi kebudayaan nasional dalam peradaban kultur seni khas Indonesia. Slogan bahwa kebudayaan daerah begian integral dari kebudayaan nasional merupakan masalah yang mendorong kami untuk menelaah lebih jauh sejarah kebudayaan Melayu dan pengaruhnya bagi kebudayaan nasional Indonesia sebagai keseluruhan. Maka dalam uraian ini kami menggunakan telaah historis atas pengaruh kebudayaan daerah tersebut. Apa pengaruh dan bagaimana kebudayaan dari unsur kesenian Melayu memengaruhi sehingga menjadi bagian integral dari kebudayaan nasional Indonesia.
Sejarah Suku Bangsa Melayu

Melayu merujuk kepada mereka yang bertutur bahasa Melayu . Kata Melayu mungkin berasal dari nama sebuah anak sungai yang bernama Sungai Melayu di hulu Sungai Batang Hari, Sumatera. Di sana letaknya Kerajaan Melayu pada zaman 1500 tahun dahulu sebelum atau semasa adanya Kerajaan Sriwijaya. Secara etomologis, kata "Melayu" itu dikatakan berasal dari bahasa Sankrit yakni "Malaya" yang artinya merujuk pada nama bukit ataupun tanah tinggi. Ada juga sumber sejarah yang mengatakan bahwa kata "Melayu" berasal dari "Sungai Melayu" di Jambi.

Istilah "Melayu" oleh UNESCO pada tahun 1972 ialah sebagai suku bangsa yang mendiami Semenanjung Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina dan Madagaskar. Istilah "Melayu" merujuk pada nama bangsa atau bahasa adalah suatu perkembangan yang agak baru dalam sejarah, yaitu setelah adanya Kesultanan Melayu Malaka. Hingga abad ke-17 penggunaan istilah "Melayu" yang merujuk kepada bangsa semakin digunakan secara meluas. Sebelumnya, istilah "Melayu" hanya merujuk kepada keturunan raja Melayu dari Sumatera saja.
Sumber lain menggagas bahwa penggunaan istilah "Melayu" muncul pertama pada kira-kira 100-150 Masehi dalam karya Ptolemy, Geographike Sintaxis, yang menggunakan istilah "maleu-kolon". G. E. Gerini menganggap istilah itu berasal dari kata Sankrit yaitu malayakom atau malaikurram, yang merujuk kepada Tanjung kuantan di Semenanjung Malaysia. Sebaliknya, Roland Bradell menganggap tempat itu merujuk pada Tanjung Penyabung. Istilah Malaya dvipa muncul dalam kitab Purana, sebuah kitab Hindu purba, yang ditulis sebelum zaman Gautama Budha. Dvipa bermaksud "tanah yang dikelilingi air" dan berdasarkan maklumat-maklumat yang lain dalam kitab itu, para pengkaji beranggapan bahwa Malaya dvipa ialah Pulau Sumatera. Istilah "Mo-lo-yu" juga dicatat dalam buku catatan perjalanan pengembara Cina sekitar tahun 644-645 Masehi zaman Dinasti Tang. Para ahli berpendapat bahwa perkataan "Mo-lo-yo" yang dimaksudkan itu ialah kerajaan yang terletak di Jambi, Sumatera serta Sriwijaya yang di Palembang.
Asal usul bangsa Melayu merupakan sesuatu yang sulit ditentukan. Walaupun terdapat beberapa kajian dilakukan untuk menjelaskan soal ini, tetapi belum ada kesepakan diantara para ahli. Terdapat dua teori mengenai asal-usul bangsa Melayu yaitu: Bangsa Melayu berasal dari Yunnan (Teori Yunnan), bangsa Melayu berasal dari Nusantara (Teori Nusantara).

Teori Yunnan, Teori ini dudukung oleh beberapa ahli seperti R.H Geldern, J.H.C Kern, J.R Foster, J.R Logen. Secara keseluruhan, alasan-alasan yang mendukung teori ini sebagai berikut:
1. Kapak tua yang mirip kapak tua di Asia tengah ditemui di kepulauan Melayu. Hal ini menunjukkan adanya migrasi penduduk dari Asia tengah ke kepulauan Melayu.
2. Adat resam bangsa Melayu mirip dengan suku Naga di daerah Assam
3. Bahasa Melayu serumpun dengan bahasa di Kamboja. Penduduk di Kamboja mungkin berasal dari dataran Yunnan dengan menyusuri Sungai Mekong. Perhubungan bangsa Melayu dengan bangsa Kamboja menandakan pertaliannya dengan dataran Yunan.
Berdasarkan Teori ini, dikatakan bahwa bangsa Melayu datang dari Yunnan ke Kepulauan Melayu dalam tiga gelombang yang utama, ditandai dengan perpindahan Orang Negrito, Melayu Proto, dan juga Melayu Deutro. Orang Negrito merupakan penduduk paling awal di Kepulauan Melayu. Mereka diperkirakan ada sejak 1000 SM berdasarkan penelitian arkeologi di Gua Cha, Kelantan. Dari orang Negrito telah diturunkan orang Semang yang mempunyai ciri-ciri fisik berkulit gelap, berambut kerinting, bermata bundar, berhidung lebar, berbibir penuh, serta ukuran badan yang pendek. Perpindahan orang Melayu Proto ke Kepulauan Melayu diperkirakan berlaku pada 2.500 SM. Mereka mempunyai peradaban yang lebih maju dari orang Negrito, ditandai dengan budaya agraris.Terdapat satu lagi persamaan antara Melayu Proto yang mana dikenal sebagai Melayu Negosiddek, kebanyakan terdapat di sebuah pulau yang dikenal sebagai pinang. Melayu Negosiddek mahir dalam bidang kelautan tetapi tidak. Melayu Deutro, Perpindahan orang Melayu Deutro merupakan gelombang perpindahan orang Melayu kuno yang kedua, berlaku pada 1.500 SM. Mereka merupakan manusia yang hidup di pantai. Tanda-tanda kemajuan Melayu di bidang bahasa, sastra, seni terkait dengan ramainya perniagaan dan budaya maritim .

Teori Nusantara, Teori ini didukung oleh para ahli seperti J.Crawfurd, K. Himly, Sutan Takdir Alisjahbana dan Gorys Keraf. Alasan-alasan yang mendukung teori ini adalah berikut:
1. Bangsa Melayu dan bangsa Jawa memiliki peradaban yang tinggi di abad ke-19. Tahap ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya yang lama. Problemnya menunjukkan bahwa orang Melayu tidak berasal dari mana-mana, tetapi berasal dan berkembang di Nusantara.
2. K. Himly tidak setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Bahasa Melayu serumpun dengan Bahasa di Kamboja. Menurutnya, persamaan bahasa tidak menjamin rumpun bahasa sama.
3. Manusia kuno Homo Soloinensis dan Homo Wajakensis terdapat di Pulau Jawa. Penemuan manusia kuno di Pulau Jawa menunjukkan kemungkinan orang Melayu keturunan manusia kuno tersebut yakni berasal dari Jawa.
4. Bahasa di Nusantara (Bahasa Austronesia) mempunyai perbedaan yang kentara dengan bahasa di Asia tengah (bahasa Indo-Eropa).
Corak Kultur Seni Melayu

Kesenian Melayu dikelompokkan dalam tiga jenis yakni; Seni Suara, Seni Gerak, Seni Rupa . Seni sebagai karya (sastra, lukisan, musik,) diciptakan dengan bakat. Seni yang dimaksud merujuk pada perihal yang berkaitan langsung dengan keindahan. Kesenian yang dimaksud ialah kesenian yang menjadi pilar kebudayaan masyarakat Melayu secara turun temurun. Dengan adanya kesenian, identitas masyarakat Melayu semakin dikenal oleh bangsa Melayu sendiri dan bangsa lain baik di Nusantara ini maupun di seantero dunia ini. Masalah pengidentifikasian karya sastra Melayu juga tak lepas dari unsur keragamannya. Salah satunya sastra Melayu dipengaruhi oleh sastra Cina . Dari keragaman pengaruh itu identitas keaslian Melayu tak pernah tenggelam bahkan merupakan prospek internalisasi untuk memantapkan kebudayaan masyarakat Melayu.

1. SENI SUARA

1. 1 Seni Vokal
Dalam masyarakat Melayu terdapat seni vokal tanpa musik dan seni vokal yang bergabung dengan musik. Seni Vokal tanpa musik yang sering dinyanyikan dalam masyarakat Melayu ialah :
Endoi atau dendang Siti Fatimah dan ulit anak.
Biasanya dilagukan dalam upacara bernuansa keislaman seperti menyambut kelahiran anak atau upacara bercukur kepala. Nazam atau naban. Berasal dari Pahang dan Malaka. Dikarang dalam Bahasa Melayu yang mengisahkan riwayat Nabi Muhamad dan para sahabat Rasul. Marhaban, nasyid dan qasidah. Merupakan nyanyian religius. Marhaban ialah pujian kepada Nabi Muhamad dan dinyanyikan dalam Bahasa Arab. Nasyid ialah nyanyian berbentuk dakwah Islam yaitu terdapat dalam seni kata Arab dan Melayu. Qasidah biasanya dinyanyikan dalam bahasa Arab yang mengandung puisi memuji Nabi Muhamad dan para sahabatnya.

Adapun lagu-lagu yang diiringi dengan musik ialah Dikir. Dikir dikenal dengan pelbagai nama seperti dikir maulud, dikir Pahang, dikir Rebana dan dikir berarak. Dikir-dikir ini dilagukan dengan iringan pukulan rebana atau kompang. Hadrah, Sejenis nyanyian yang berasal dari dzikir. Dinyanyikan dengan iringan alat musik rebana. Beduan, Nyanyian rakyat diringi dengan bunyi-bunyian gendang. Beduan mempunyai persamaan dengan bentuk dzikir dan burdah yang diiringi dengan pukulan rebana. Dzikir barat, Nyanyian yang diiringi dengan pukulan rebana. Ghazal, Sejenis puisi Arab yang berbentuk percintaan. Ghazal dinyanyikan dengan iringan alat seperti syeringgi, sitar, harmonium dan tabla.

Ciri khas yang menonjol dari gaya tarik suara Melayu adalah Cengkok Melayu. Dalam lagu Laksamana Raja di Laut, hampir semua lirik dan diakhir bait di bercengkokkan Melayu. Ciri khas cengkok Melayu ini dalam tradisi musik Indonesia telah dipadukan dengan Pop Indonesia modern sehingga mengalami pergeseran paradigma cara menyanyikanya. Sedangkan seni vokal tradisional dengan iringan Tabla telah menjadi Dangdut seperti yang dikenal di Indonesia saat ini.

1. 2 Seni Musik
Musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah dan menyenangkan. Musik dilihat sebagai reaksi manusia terhadap bunyi-bunyian disekitar yang sudah sudah dialami sejak manusia dilahirkan. Musik sebenarnya tidak hanya dapat dilihat dan dinikmati dengan pancaindera, tetapi dirasai dengan hati.
Dalam masyarakat Melayu terdapat dua kelompok masyarakat yaitu Tradisi tinggi (great tradition) dan Tradisi rendah (little tardition), yaitu: Musik Tradisi Warisan Istana. Kumpulan masyarakat tradisi tinggi terdiri dari golongan bangsawan yaitu golongan pemerintah yang menjadikan istana sebagai pusat kebudayaan. Raja-raja menabuhkan alat musik di istana. Musik ini dimainkan dalam upacara kematian raja dan upacara mengadap oleh para pembesar di hadapan balairung.
Tradisi Musik Rakyat, di samping tradisi tinggi yang berpusat di istana, terdapat pula tradisi rendah di kalangan rakyat biasa yakni dari kaum petani dan nelayan. Perkembangan seni musik pada masyarakat tradisi rendah lahir dari minat anggota masyarakat itu sendiri untuk mengembangkannya. Sebagian dari mereka mewarisi keahlian bermain alat-alat musik itu dari keluarganya. Rebana merupakan sejenis alat musik yang berkembang dalam masyarakat Melayu tradisional. Rebana dimainkan dalam acara keislaman seperti dzikir, ratib, nazam, hadrah, rodat, maulut dan lain-lain.

2. SENI TARI

Seorang ahli sejarah tarian dan musik berkebangsaan Jerman bernama C. Sachs mendefinisikan seni tari sebagai gerakan yang berirama. Seni tari adalah pengucapan jiwa manusia melalui gerak berirama yang indah. Dalam kebudayaan Melayu terdapat berbagai jenis tarian. Ada tarian asli ataupun tarian yang telah dipengaruhi oleh unsur kemodernan. Pembagian terhadap seni tari Melayu adalah seperti berikut :
1. Tari– tarian yang khas istana dipersembahkan pada waktu perkawinan, termasuk juga tarian siti payung , mak inang , asyik , gamelan.
2. Tari– tarian yang memperlihatkan pengaruh Arab dan Parsi seperti tarian rodat , hadrah.
3. Tarian rakyat seperti dondang sayang , ronggeng , joget .
4. Tarian yang khusus ditarikan oleh lelaki saja seperti tarian kuda kepang , tarian labi – labi , tarian berdayung.

Tarian Asli, Tarian ini dicipta berdasarkan lagu Melayu asli dengan mengikuti irama lagu Melayu asli. Seni tari jenis ini ialah tarian yang dicipta dari lagu Makan Sirih , Gunung Banang , Sapu Tangan , Asli Selendang , Bentan , Telani , Asli Abadi. Tarian Asyik, sejenis tarian klasik Melayu. “Asyik” berarti “kekasih”. Tarian ini dimulai dengan sepuluh orang penari masuk ke dewan tarian terlebih dahulu, lalu duduk bersimpuh dengan tertib. Kemudian tampillah Puteri Asyik dan mereka pun mulai menari. Tarian ini ditarikan dalam upacara perkawinan. Alat musik yang digunakan ialah rebab , gambang dan gedombak. Tarian Ayam Didik, Tarian ini berasal dari gerakan adu ayam, diiringi dengan nyanyian lagu ayam didik.
Tarian Balai, Tarian ini ditarikan oleh gadis-gadis kampung dalam bentuk simbolik seperti melakukan pekerjaan sawah. Para penari menari mengelilingi balai, sejenis payung panjang berwarna-warni yang diletakan di bawah gelanggang. Canggung, Kata canggung berasal dari bahasa Thai yang berarti menari, Tarian Siti Wau Bulan, Tarian ini ditarikan pada musim menuai dan permainan wau. Tarian Cinta Sayang, Tarian yang menggambarkan keluarga nelayan. Tarian ini menunjukan bagaimana keluarga nelayan mengucapkan selamat jalan kepada para nelayan sebelum turun ke laut. Tarian Dabus, Tarian ini berasal dari negeri Perak dan mengandung unsur keagamaan yang berkait dengan kepahlawanan. Tarian Gambus, Tarian ini berasal dari daerah Kuala Kangsar Perak dan bernuansa padang pasir (Arab). Tarian Inai, Tarian ini adalah tarian istana untuk mengiringi ritus khitatan anak pembesar istana. Hanya dipersembahkan kepada kanak-kanak saat mereka hendak disunat. Joget, Tarian ini dipengaruhi oleh kebudayaan Portugis dan dijadikan sebagai tarian sosial. Tarian Kuda Kepang, Tarian ini ialah warisan budaya Jawa yang memiliki unsur Islam. Ciri kejawaan itu jelas pada pakaian penari-penari dan unsur Islam jelas pada tarian yang mengisahkan peperangan Muhamad. Tarian Mak Inang, Pada zaman kesultanan Melayu Malaka, tarian mak inang sangat populer terutama pada pesta nikah. Tarian Zapin. Tarian ini diiringi dengan alat musik seperti dabus dan marwas. Pakaian yang digunakan ialah busana Melayu.

3. SENI RUPA
Seni rupa dalam masyarakat Melayu merupakan ciptaan yang megandung unsur-unsur seni yang dihasilkan oleh orang Melayu melalui ukiran, anyaman, tenunan dan sebagainya.
 Seni Ukir, Seni ukir dalam masyarakat Melayu mempunyai hubungan erat dengan hasil kerja tangan yang dicipta lewat kepiawaian mengukir. Ciri-ciri ukiran itu dihasilkan melalui ukiran timbul dan ukiran tenggelam.
 Seni Tembikar, Merupakan sejenis hasil karya orang Melayu terbuat dari tanah liat yang dibakar.
 Seni Anyam, Menganyam merupakan proses menjalin jaluran daun, lidi, rotan, akar, buluh dan beberapa jenis tumbuhan yang lain. Seni menganyam menghasilkan topi, tudung saji, bakul dan tikar.
 Seni Tenun, Tenunan songket merupakan tenunan yang paling lengkap dan indah.
 Seni Batik, merupakan seni tekstil yang dihasilkan melalui proses menerapkan lilin dan mencelup kain. Pada permulaannya kain putih yang hendak diproses menjadi kain batik itu direbus dan dikeringkan. Kemudian kain batik itu diterapkan dengan blok tembaga yang dicelupkan ke dalam lilin cair yang dipanaskan. Setelah itu diwarnai dan direbus lalu dikeringkan.
 Seni Tembaga, Seni ini diperkenalkan dengan tujuan menciptakan alat-alat dari tembaga yang indah. Alat-alat yang dibuat dari tembaga ini digunakan dalam upacara adat khususnya di istana raja-raja Melayu untuk upacara perkawinan, juga digunakan sebagi hiasan dan perkakas atau perabot rumah tangga seperti dulang, wadah sirih-pinang.

Pengaruh Seni Sastra dan Seni Musik dalam Seni Sastra dan Seni Musik Indonesia

Sastra Pantun Melayu

Dalam sejarahnya, kesusastraan Indonesia mengalami zaman suram. Salah satu yang melatarbelakangi kesuraman itu ialah adanya konflik ideologis zaman kependudukan Kolonial. Namun suasana kehidupan sosial-politik-budaya seperti itu mendorong seniman muda Indonesia saat itu untuk menggiatkan bidang kesenian dan kesusastraan sebagai wujud partisipasi dalam rangka membangun kebudayaan nasional Indonesia . Seiring dengan upaya membangun kebudayaan Nasional itu, bangkit pula pantun sebagai seni sastra yang pernah mengalami masa keemasan.
Pantun dan jenis sastra yang lain yaitu Syair dan Gurimdam merupakan hasil karya sastra berbentuk puisi. Dalam kehidupan masyarakat Melayu pantun sangat digemari. Pantun Melayu merupakan gaya sastra yang paling tua dan kaya dalam peradaban seni sastra Melayu. Dalam sejarahnya, pantun memiliki jenisnya . Secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: 1). Pantun Anak-anak, 2). Pantun Orang Muda, 3). Pantun Orang Tua.
Contoh pantun dalam konteks anak muda misalnya:

Api-api unggunan kandis
Tumpah damar di kulit tengar
Laki-laki mulutnya manis
Jika bersumpah jangan didengar.

Musik Gaya Melayu

Pengaruh kebudayaan asing sangat kuat di daerah yang berbasis Melayu seperti di wilayah Indonesia yakni daerah Riau. Pengaruh itu berasal dari Belanda, Portugis, Inggris, dan Cina. Mengakhiri abad ke-19, kebudayaan yang sangat besar pengaruhnya ialah Arab, India, dan Cina. Sedangkan Inggris dan Belanda tidak besar pengaruhnya. Kecuali pengaruh yang tampak dalambidang seni, yaitu kontruksi bangunan serta alat dan gaya musik. Pengaruh itu telah berpadu dengan seni keaslian Melayu. Biola dan gaya pop barat dipadukan dengan gambus untuk mengiringi tarian Zapin . Perpaduan itu menjadi musik gaya Melayu. Awalnya istilah ini dipakai untuk menunjukkan kekhasan gaya musik Melayu. Juga ciri khas atau sifat lagu yang menonjol ialah pentatonis dengan iringan alat musik Tabla dari India.
Dalam perkembangan selanjutnya gaya musik ini dipopulerkan oleh Melayu yang dikenal sekarang dengan musik Dangdut. Dengan adanya O.M (Orkes Melayu), maka sampai sekarang musik Dangdut terutama di Indonesia diklaim sebagai gaya musik yang berasal dari Melayu . Meskipun Musik Dangdut merupakan kekhasan Melayu, yang sejatinya hanyalah instrumen atau perpaduan gendang Tabla secara sederhana, Dangdut telah membawa warna baru dalam tradisi seni musik Indonesia. Hal ini tak terlepas dari pengaruh dinamika peradaban seni Melayu itu sendiri. Musik Dangdut dewasa ini merupakan fenomena yang patut dibanggakan dan pantas untuk diapresiasi sebagai salah satu kekayaan dalam bursa musik Tanah Air.

Penutup

Kekayaan kultur seni Melayu merupakan mutiara bagi kebudayaan nasional Indonesia. Diterimanya bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia merupakan angin segar di awal abad ke -20. Bukan saja perannya segai Lingua Franca tetapi juga sebagai bahasa yang memersatukan . Meskipun kesadaran nasional itu lahir dari bahasa, kultur seni juga diharapkan menjadi aspek yang perlu mendapat tempat untuk diapresiasi, dirangkul dan dipelihara.
Pengintegrasian kultur seni daerah menjadi bagian holistik dari kebudayaan nasional tampak mengalami kesulitan, oleh karena semakin beragamnya kebudayaan daerah. Jika keragaman kultur seni itu teridentifikasi dan mendapat tempat dalam bursa kebudayaan nasional, akan memerkaya khasanah budaya Indonesia. Pengidentifikasian penting karena kebudayaan daerah menyimpan makna dan nilai yang amat tinggi bagi Masyarakat Indonesia sendiri. Masih banyak kebudayaan seni daerah terutama dari kalangan Melayu yang masih merupakan prospek. Ini merupakan pekerjaan rumah yang tak mudah. Mengandaikan kesadaran bersama untuk mengembangkan dan mengatur, menjadikannya sebagai bagian holistik dari kebudayaan nasional Indonesia.


KEPUSTAKAAN

Edy Sedyawaty., Budaya Indonesia; Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006,

James T. Collins., Bahasa Melayu Bahasa Dunia; Sejarah Singkat, Jakarta: Obor, 2005

Balai Pustaka (Red)., Pantun Melayu, Jakarta: Balai Pustaka, 2005

Pusat Bahasa (Red)., Sejarah Melayu Sebagai Karya Sastra dan Karya Sejarah; Sebuah Analogi, Jakarta, DEPDIKBUD, 2005

Sarwadi, H., Sejarah Sastra Indonesia Modern, Yogyakarta: Gamamedia, 2004

Sumardjo, Jacob., Kesusastraan Melayu Rendah; Masa Awal, Yogyakarta: Galang Press, 2004

Indonesian Heritage, vol. X., Bahasa dan Sastra; Tradisi Tulis Melayu, Grolier International, Jakarta: Buku Antar Bangsa, 2002

Mahayana, Maman. S., Akar Melayu; Sistem Sastra dan Konflik Ideologi di Indonesia dan Malaysia, Magelang: Indonesiatera, 2001

Ahmad Tohari, Zawawi D. Imron, Faruk, dkk., Sastra dan Budaya Islam Nusantara; Dialektika Antarsistem Nilai,Yogyakarta: SMF Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998

Tim Redaksi., Ensiklopedi Musik, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1992

A. Sugiarto, S. Kar, Sudi Yatmana, dkk., Sekilas Perkembangan Seni Tari di Indonesia; Untuk Umum, Semarang: Aneka Ilmu, 1990

Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1989
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Red)., Sastra Lisan Melayu Langkat, Jakarta DEPDIKBUD, 1986

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (Red)., Sejarah Daerah Riau, Jakarta: DEPDIKBUD, 1978

Saida, Dahlan (ET ALL)., Kedudukan dan Fungsi Bahasa Melayu Riau, Jakarta: t.p, t.t.t

Tidak ada komentar:

Posting Komentar